(Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejalan dengan Six Sigma?
Caterpillar menunjukkan bahwa mereka bisa mengimplementasikan keduanya
dengan baik. Berikut ini adalah contoh kisah sukses Caterpillar seperti
disarikan dari laporan IBM Global Business Services.
Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun
dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat.
Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth,
maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma,
yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka
adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan
yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan
karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan
berbicara dalam berbagai bahasa.
Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi
pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan
disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan,
pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic
planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020.
Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan
ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses
organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja
order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga,
perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.
Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan
kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja.
Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D
meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari
teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan
mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.
Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan
perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana
cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu
perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari
sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia
untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah.
Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa
memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.
Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul
dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi
emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses
produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas
lead time sebesar 50 persen.
Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari
inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama
peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh
benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6
Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.
Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam
merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk
menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail
hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya
juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)
sumber :
My name
Archive
-
▼
2012
(17)
-
▼
Oktober
(7)
- (Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejal...
- (Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejal...
- Inovasi Six Sigma di Caterpillar
- Peran Krusial Six Sigma dalam Pemerintahan
- Mengenal Thoughts Process Map, Tool Six Sigma
- Menggabungkan Six Sigma dan Balance Scorecard
- Implementasi Six Sigma di Industri Jasa
-
►
Juli
(10)
- Pengertian Keputusan Literatur manajemen me...
- Tingkatan Tehnologi DSS
- Tujuan, Kelebihan dan Kekurangan dari DSS
- Karakteristik DSS
- Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System).
- Macam-macam Keputusan
- REGRESI DALAM ANAKOVA
- UJI ANAKOVA.
- aplikasi teknologi telekomunikasi dan teknologi ko...
- Pengertian kepemimpinan (leadership) dan lankah se...
-
▼
Oktober
(7)
Blogger news
Senin, 22 Oktober 2012
Published :
17.55
Author :
guru_setra
Published :
17.55
Author :
guru_setra
(Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejalan dengan Six Sigma?
Caterpillar menunjukkan bahwa mereka bisa mengimplementasikan keduanya
dengan baik. Berikut ini adalah contoh kisah sukses Caterpillar seperti
disarikan dari laporan IBM Global Business Services.
Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat. Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth, maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma, yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan berbicara dalam berbagai bahasa.
Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan, pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020. Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga, perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.
Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja. Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.
Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah. Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.
Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas lead time sebesar 50 persen.
Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6 Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.
Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)
sumber :
Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat. Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth, maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma, yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan berbicara dalam berbagai bahasa.
Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan, pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020. Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga, perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.
Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja. Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.
Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah. Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.
Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas lead time sebesar 50 persen.
Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6 Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.
Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)
sumber :
Inovasi Six Sigma di Caterpillar
Published :
17.53
Author :
guru_setra
(Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejalan dengan Six Sigma?
Caterpillar menunjukkan bahwa mereka bisa mengimplementasikan keduanya
dengan baik. Berikut ini adalah contoh kisah sukses Caterpillar seperti
disarikan dari laporan IBM Global Business Services.
Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat. Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth, maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma, yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan berbicara dalam berbagai bahasa.
Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan, pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020. Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga, perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.
Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja. Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.
Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah. Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.
Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas lead time sebesar 50 persen.
Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6 Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.
Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)
sumber : http://www.managementfile.com
Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat. Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth, maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma, yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan berbicara dalam berbagai bahasa.
Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan, pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020. Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga, perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.
Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja. Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.
Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah. Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.
Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas lead time sebesar 50 persen.
Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6 Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.
Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)
sumber : http://www.managementfile.com
Peran Krusial Six Sigma dalam Pemerintahan
Published :
17.45
Author :
guru_setra
(managementfile – Quality) – Six Sigma selama ini selalu diasosiasikan
dengan perusahaan manufaktur. Padahal, Six Sigma juga dapat
diimplementasikan pada area lainnya, seperti perusahaan jasa, bahkan
pemerintahan. Bagaimana pemerintah dapat memanfaatkan Six Sigma untuk
meningkatkan kinerja?
Peran Six Sigma dalam pemerintahan terdapat pada level makro maupun mikro. Pada level makro, pemerintah berfungsi sebagai stimulator maupun katalis untuk menciptakan perekonomian dalam suatu negara, seperti investasi, fiskal, perdagangan hingga kebijakan. Sementara itu, pada level makro, Six Sigma membantu dalam meningkatkan pengelolaan pemerintahan, supaya lebih efektif, efisien dan ekonomis.
Dalam mengelola negara, pemerintah mengalami dilema. Di satu sisi, mereka harus memberikan berbagai layanan lengkap kepada publik. Sementara itu, di sisi lain, pemerintah juga dituntut untuk efisien, tidak menghamburkan uang negara yang berasal dari pajak masyarakat. Six Sigma bisa menjadi tools yang sangat bermanfaat karena selain punya fokus kepada kepuasan pelanggan, juga dapat memangkas biaya secara signifikan.
Red Tape Reduction
Pemerintah merupakan institusi yang membuat regulasi dan kebijakan. Pemerintah idealnya membuat regulasi yang seefisien mungkin, dengan demikian sektor swasta tidak terbebani dengan regulasi yang terlalu banyak, sehingga biaya yang mereka keluarkan juga lebih sedikit. Usaha pemerintah dalam mengurangi dan memperbaiki regulasi seringkali disebut sebagai `red tape reduction`
Dengan melakukan red tape reduction, tentunya pemerintah dapat menjalankan proses yang lebih efisien. Sementara itu, dengan regulasi yang lebih baik pemerintah juga menurunkan biaya yang ditanggung oleh sektor swasta. Misalnya, pemerintah daerah yang memperbaiki regulasi terkait dengan perizinan investasi, sehingga memperbaiki iklim investasi. Iklim investasi yang membaik tentunya mendorong investor untuk datang, sehingga pertumbuhan ekonomi bakal meningkat.
Apa saja yang diperlukan untuk menerapkan Six Sigma dalam pemerintahan?
• Komitmen Pemimpin. Pemimpin harus punya komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan Six Sigma dalam pemerintahannya jika ingin sukses. Perubahan yang radikal akibat Six Sigma tentunya akan dapat banyak penolakan, oleh karena itu pemimpin harus menjadi pihak penggerak utama.
• Selaras dengan Strategi dan Visi. Six Sigma harus selaras dengan strategi dan visi pemerintah, sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan.
• Fokus pada Pelanggan. Six Sigma selalu fokus pada kebutuhan pelanggan, dan selalu dimulai dari sana. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengidentifikasi proses, output, serta pelanggan-pelanggan yang dilayani. Kemudian baru identifikasi apa saja customer requirement.
• Infrastruktur formal Six Sigma dalam organisasi Anda juga penting, diantaranya yakni sponsor/champions, process owner, Master Black Belt, Black Belt, Green Belt serta anggota tim.
• Training, yang merupakan salah satu faktor vital juga dalam implementasi Six Sigma. Selain untuk mengkomunikasikan pentingnya Six Sigma, seluruh karyawan juga perlu untuk punya pemahaman mendalam mengenai metode Six Sigma, serta berbagai tools dan metrik yang digunakan di dalamnya.
• Six Sigma harus menjadi bagian dari culture dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Mindset dan culture Six Sigma harus ditanamkan pada diri setiap orang, jika tidak maka implementasi terancam gagal. Oleh karena itu, perlu disiapkan strategi untuk menghadapi penolakan terhadap Six Sigma
• Kinerja dan remunerasi juga harus terhubung langsung dengan Six Sigma. Lebih dari 60% perusahaan yang kinerjanya cemerlang dalam Six Sigma mengaitkan reward dengan strategi bisnis dan proyek Six Sigma.
Six Sigma dapat membantu pemerintah dalam menjalankan berbagai pelayanannya terhadap publik, penegakan hukum, serta membantu berbagai departemen dalam bidang keuangan, SDM, memperbaiki proses dan melakukan penghematan. Selain itu, Six Sigma juga bakal menciptakan culture efisien dan tanggung jawab kepada karyawan pemerintahan.
Di AS, Fort Wayne, Indiana merupakan salah satu kota yang pertama kali mengimplementasikan Six Sigma. Mereka memanfaatkan metode Six Sigma untuk melakukan perbaikan pada berbagai bidang, seperti mengontrol polusi limbah, SDM, transportasi, sampah, community development, dan lainnya. Six Sigma berhasil menekan biaya, meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, serta meningkatkan produktivitas pemerintah kota. Hasilnya, proyek Six Sigma berhasil menghasilkan penghematan sebesar $3 juta bagi kota tersebut.
sumber : http://www.managementfile.com
Peran Six Sigma dalam pemerintahan terdapat pada level makro maupun mikro. Pada level makro, pemerintah berfungsi sebagai stimulator maupun katalis untuk menciptakan perekonomian dalam suatu negara, seperti investasi, fiskal, perdagangan hingga kebijakan. Sementara itu, pada level makro, Six Sigma membantu dalam meningkatkan pengelolaan pemerintahan, supaya lebih efektif, efisien dan ekonomis.
Dalam mengelola negara, pemerintah mengalami dilema. Di satu sisi, mereka harus memberikan berbagai layanan lengkap kepada publik. Sementara itu, di sisi lain, pemerintah juga dituntut untuk efisien, tidak menghamburkan uang negara yang berasal dari pajak masyarakat. Six Sigma bisa menjadi tools yang sangat bermanfaat karena selain punya fokus kepada kepuasan pelanggan, juga dapat memangkas biaya secara signifikan.
Red Tape Reduction
Pemerintah merupakan institusi yang membuat regulasi dan kebijakan. Pemerintah idealnya membuat regulasi yang seefisien mungkin, dengan demikian sektor swasta tidak terbebani dengan regulasi yang terlalu banyak, sehingga biaya yang mereka keluarkan juga lebih sedikit. Usaha pemerintah dalam mengurangi dan memperbaiki regulasi seringkali disebut sebagai `red tape reduction`
Dengan melakukan red tape reduction, tentunya pemerintah dapat menjalankan proses yang lebih efisien. Sementara itu, dengan regulasi yang lebih baik pemerintah juga menurunkan biaya yang ditanggung oleh sektor swasta. Misalnya, pemerintah daerah yang memperbaiki regulasi terkait dengan perizinan investasi, sehingga memperbaiki iklim investasi. Iklim investasi yang membaik tentunya mendorong investor untuk datang, sehingga pertumbuhan ekonomi bakal meningkat.
Apa saja yang diperlukan untuk menerapkan Six Sigma dalam pemerintahan?
• Komitmen Pemimpin. Pemimpin harus punya komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan Six Sigma dalam pemerintahannya jika ingin sukses. Perubahan yang radikal akibat Six Sigma tentunya akan dapat banyak penolakan, oleh karena itu pemimpin harus menjadi pihak penggerak utama.
• Selaras dengan Strategi dan Visi. Six Sigma harus selaras dengan strategi dan visi pemerintah, sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan.
• Fokus pada Pelanggan. Six Sigma selalu fokus pada kebutuhan pelanggan, dan selalu dimulai dari sana. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengidentifikasi proses, output, serta pelanggan-pelanggan yang dilayani. Kemudian baru identifikasi apa saja customer requirement.
• Infrastruktur formal Six Sigma dalam organisasi Anda juga penting, diantaranya yakni sponsor/champions, process owner, Master Black Belt, Black Belt, Green Belt serta anggota tim.
• Training, yang merupakan salah satu faktor vital juga dalam implementasi Six Sigma. Selain untuk mengkomunikasikan pentingnya Six Sigma, seluruh karyawan juga perlu untuk punya pemahaman mendalam mengenai metode Six Sigma, serta berbagai tools dan metrik yang digunakan di dalamnya.
• Six Sigma harus menjadi bagian dari culture dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Mindset dan culture Six Sigma harus ditanamkan pada diri setiap orang, jika tidak maka implementasi terancam gagal. Oleh karena itu, perlu disiapkan strategi untuk menghadapi penolakan terhadap Six Sigma
• Kinerja dan remunerasi juga harus terhubung langsung dengan Six Sigma. Lebih dari 60% perusahaan yang kinerjanya cemerlang dalam Six Sigma mengaitkan reward dengan strategi bisnis dan proyek Six Sigma.
Six Sigma dapat membantu pemerintah dalam menjalankan berbagai pelayanannya terhadap publik, penegakan hukum, serta membantu berbagai departemen dalam bidang keuangan, SDM, memperbaiki proses dan melakukan penghematan. Selain itu, Six Sigma juga bakal menciptakan culture efisien dan tanggung jawab kepada karyawan pemerintahan.
Di AS, Fort Wayne, Indiana merupakan salah satu kota yang pertama kali mengimplementasikan Six Sigma. Mereka memanfaatkan metode Six Sigma untuk melakukan perbaikan pada berbagai bidang, seperti mengontrol polusi limbah, SDM, transportasi, sampah, community development, dan lainnya. Six Sigma berhasil menekan biaya, meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, serta meningkatkan produktivitas pemerintah kota. Hasilnya, proyek Six Sigma berhasil menghasilkan penghematan sebesar $3 juta bagi kota tersebut.
sumber : http://www.managementfile.com
Mengenal Thoughts Process Map, Tool Six Sigma
Published :
17.43
Author :
guru_setra
(managementfile – Quality) – Untuk menjalankan suatu proyek Six Sigma
dengan sukses, maka Anda harus mempunyai fondasi yang kuat. Salah satu
perangkat yang digunakan untuk memantapkan fondasi ini adalah Thought
Process Map yang biasa disingkat TMAP atau TPM.
TMAP adalah suatu bentuk visual dari sejumlah ide, pemikiran, dan pertanyaan yang terkait dengan penyelesaian suatu tujuan proyek yang asalnya dari individu maupun tim. TMAP seharusnya menjadi salah satu tool yang digunakan dalam awal proses Six Sigma. TMAP berisikan informasi yang terstruktur, yang dapat bermanfaat sebagai referensi bagi tim dalam menjalankan proses DMAIC proyek.
Elemen dari TMAP, sekurang-kurangnya meliputi:
1. Tujuan proyek atau statement permasalahan
2. Area/bagian tertentu dari proses yang perlu dianalisa
3. Isu atau pertanyaan yang perlu ditangani
4. Data dan informasi yang diketahui mengenai isu/pertanyaan tersebut
5. Data dan informasi yang tidak diketahui mengenai isu/pertanyaan tersebut
6. Asumsi awal mengenai tiap isu/pertanyaan
7. Data dan informasi apa saja yang dibutuhkan
8. Hambatan utama dalam mencapai tujuan proyek
9. Keterkaitan isu/pertanyaan satu sama lainnya
10. Perangkat Six Sigma yang akan digunakan
TMAP tidak hanya punya perspektif ke belakang, melainkan juga ke depan. Dokumen TMAP terdiri dari berbagai ide dan keputusan yang telah dijalankan dalam aktivitas Six Sigma, serta keterkaitannya satu sama lain. Selain itu, TMAP juga menggambarkan aktivitas yang akan dilakukan oleh tim di masa depan dalam jangka pendek.
Manfaat-manfaat dalam menggunakan TMAP diantaranya adalah:
• perangkat yang efektif untuk memastikan bahwa seluruh isu dan masalah mengenai proyek sudah diidentifikasi dan ditangani sejak awal proyek
• cara yang efektif dalam melakukan brainstorming, mengumpulkan informasi, melihat sudut pandang, serta meringkas data. TMAP mengidentifikasi asumsi yang dibuat tim, serta tindakan yang akan diambil.
• menyediakan gambaran visual mengenai perkembangan ide dan isu terkait dengan proyek, sehingga lebih mudah dipahami
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan suatu TMAP, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Definisikan Tujuan Proyek
Tujuan proyek adalah hal pertama yang perlu didefinisikan. Apa yang ingin dicapai dari proyek ini? Masalah apa yang perlu diselesaikan? Atau peluang apa yang muncul?
Definisikan ruang lingkup proyek, kalimat permasalahan, tujuan, manfaat, anggota tim, process owner serta Champion dari proyek. Kalimat permasalahan dan tujuan biasanya ditaruh di paling atas dari sebuah TMAP, kemudian empat langkah selanjutnya digambar di bawahnya.
2. Daftar Known dan Unknown
Buat dua kolom, untuk mendaftar informasi known dan unknown, yang sudah diketahui dan tidak diketahui. Informasi ini meliputi antara lain waktu, metrik, biaya, isu, hambatan, masalah, persyaratan pelanggan, output, input, langkah proses, kuantitas, lokasi, dan sebagainya.
Penting bagi Anda untuk mendata informasi yang telah diketahui, namun mendata informasi yang belum diketahui dan harus dicaritahu juga penting.
3. Tanyakan Pertanyaan DMAIC dan Kelompok
Selanjutnya, ajukan pertanyaan dari perspektif kategori DMAIC: Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Ini adalah lima area yang akan menjadi kategori dari seluruh pertanyaan-pertanyaan. Ini merupakan salah satu latihan brainstorming. Misalnya:
Define: Siapa pelanggan kita? Bahan baku apa yang digunakan?
Measure: Metrik apa yang digunakan?
Kemudian, ajukan juga pertanyaan berdasarkan perspektif kelompok yang berada dalam proses ataupun terkait dengan proses. Misalnya:
Transportasi: bagaimana transportasi dilakukan? seberapa jauh perjalanan?
Processing: seberapa lama waktu antri?
4. Urut dan Kaitkan Pertanyaan
Selanjutnya, urutkan pertanyaan, kemudian kaitkan satu pertanyaan dengan pertanyaan. Sehingga, dengan demikian maka Anda akan melihat bahwa satu hal punya keterkaitan yang tinggi dengan hal lain. Dalam langkah ini mungkin Anda juga akan menemukan banyak pertanyaan yang bisa ditambahkan.
5. Identifikasi Tools
Kemudian, tim harus mengidentifikasi tools Six Sigma yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Buat empat kolom yang isinya pertanyaan, tools/metode, siapa yang bertanggung jawab, serta jadwal.
6. Hasil
Setelah menjalankan tools Six Sigma, selanjutnya buat daftar hasilnya. Kemudian, ulangi langkah 3 hingga 6 sepanjang proyek tersebut berjalan.
Demikian adalah sekilas pengenalan mengenai Thoughts Process Map, yang sangat bermanfaat terutama dalam menjalankan proyek Six Sigma. Dengan adanya TMAP, maka proyek Six Sigma bisa dilakukan secara lebih terarah dan terencana.
sumber: http://www.managementfile.com
TMAP adalah suatu bentuk visual dari sejumlah ide, pemikiran, dan pertanyaan yang terkait dengan penyelesaian suatu tujuan proyek yang asalnya dari individu maupun tim. TMAP seharusnya menjadi salah satu tool yang digunakan dalam awal proses Six Sigma. TMAP berisikan informasi yang terstruktur, yang dapat bermanfaat sebagai referensi bagi tim dalam menjalankan proses DMAIC proyek.
Elemen dari TMAP, sekurang-kurangnya meliputi:
1. Tujuan proyek atau statement permasalahan
2. Area/bagian tertentu dari proses yang perlu dianalisa
3. Isu atau pertanyaan yang perlu ditangani
4. Data dan informasi yang diketahui mengenai isu/pertanyaan tersebut
5. Data dan informasi yang tidak diketahui mengenai isu/pertanyaan tersebut
6. Asumsi awal mengenai tiap isu/pertanyaan
7. Data dan informasi apa saja yang dibutuhkan
8. Hambatan utama dalam mencapai tujuan proyek
9. Keterkaitan isu/pertanyaan satu sama lainnya
10. Perangkat Six Sigma yang akan digunakan
TMAP tidak hanya punya perspektif ke belakang, melainkan juga ke depan. Dokumen TMAP terdiri dari berbagai ide dan keputusan yang telah dijalankan dalam aktivitas Six Sigma, serta keterkaitannya satu sama lain. Selain itu, TMAP juga menggambarkan aktivitas yang akan dilakukan oleh tim di masa depan dalam jangka pendek.
Manfaat-manfaat dalam menggunakan TMAP diantaranya adalah:
• perangkat yang efektif untuk memastikan bahwa seluruh isu dan masalah mengenai proyek sudah diidentifikasi dan ditangani sejak awal proyek
• cara yang efektif dalam melakukan brainstorming, mengumpulkan informasi, melihat sudut pandang, serta meringkas data. TMAP mengidentifikasi asumsi yang dibuat tim, serta tindakan yang akan diambil.
• menyediakan gambaran visual mengenai perkembangan ide dan isu terkait dengan proyek, sehingga lebih mudah dipahami
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan suatu TMAP, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Definisikan Tujuan Proyek
Tujuan proyek adalah hal pertama yang perlu didefinisikan. Apa yang ingin dicapai dari proyek ini? Masalah apa yang perlu diselesaikan? Atau peluang apa yang muncul?
Definisikan ruang lingkup proyek, kalimat permasalahan, tujuan, manfaat, anggota tim, process owner serta Champion dari proyek. Kalimat permasalahan dan tujuan biasanya ditaruh di paling atas dari sebuah TMAP, kemudian empat langkah selanjutnya digambar di bawahnya.
2. Daftar Known dan Unknown
Buat dua kolom, untuk mendaftar informasi known dan unknown, yang sudah diketahui dan tidak diketahui. Informasi ini meliputi antara lain waktu, metrik, biaya, isu, hambatan, masalah, persyaratan pelanggan, output, input, langkah proses, kuantitas, lokasi, dan sebagainya.
Penting bagi Anda untuk mendata informasi yang telah diketahui, namun mendata informasi yang belum diketahui dan harus dicaritahu juga penting.
3. Tanyakan Pertanyaan DMAIC dan Kelompok
Selanjutnya, ajukan pertanyaan dari perspektif kategori DMAIC: Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Ini adalah lima area yang akan menjadi kategori dari seluruh pertanyaan-pertanyaan. Ini merupakan salah satu latihan brainstorming. Misalnya:
Define: Siapa pelanggan kita? Bahan baku apa yang digunakan?
Measure: Metrik apa yang digunakan?
Kemudian, ajukan juga pertanyaan berdasarkan perspektif kelompok yang berada dalam proses ataupun terkait dengan proses. Misalnya:
Transportasi: bagaimana transportasi dilakukan? seberapa jauh perjalanan?
Processing: seberapa lama waktu antri?
4. Urut dan Kaitkan Pertanyaan
Selanjutnya, urutkan pertanyaan, kemudian kaitkan satu pertanyaan dengan pertanyaan. Sehingga, dengan demikian maka Anda akan melihat bahwa satu hal punya keterkaitan yang tinggi dengan hal lain. Dalam langkah ini mungkin Anda juga akan menemukan banyak pertanyaan yang bisa ditambahkan.
5. Identifikasi Tools
Kemudian, tim harus mengidentifikasi tools Six Sigma yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Buat empat kolom yang isinya pertanyaan, tools/metode, siapa yang bertanggung jawab, serta jadwal.
6. Hasil
Setelah menjalankan tools Six Sigma, selanjutnya buat daftar hasilnya. Kemudian, ulangi langkah 3 hingga 6 sepanjang proyek tersebut berjalan.
Demikian adalah sekilas pengenalan mengenai Thoughts Process Map, yang sangat bermanfaat terutama dalam menjalankan proyek Six Sigma. Dengan adanya TMAP, maka proyek Six Sigma bisa dilakukan secara lebih terarah dan terencana.
sumber: http://www.managementfile.com
Menggabungkan Six Sigma dan Balance Scorecard
Published :
17.41
Author :
guru_setra
(managementfile – Quality) – Untuk melakukan continuous improvement
dalam organisasi, salah satu metode yang digunakan adalah Six Sigma.
Jika Six Sigma digabungkan dengan Balanced Scorecard, maka keduanya
menjadi tool yang makin powerful, karena menyelaraskan antara proyek Six
Sigma dengan tujuan dan strategi organisasi.
Six Sigma merupakan aktivitas proyek yang dilakukan organisasi dalam rangka continuous improvement, yang diharapkan dapat menghasilkan penghematan sekaligus meningkatkan kinerja.
Sementara itu, Balanced Score Card merupakan tool yang dapat membantu organisasi untuk berfokus kepada aspek-aspek penting dalam bisnis, sekaligus melakukan evaluasi terhadap perkembangan yang sudah dicapai. Dalam Balanced Score Card, karyawan harus mengubah tujuan organisasi menjadi metrik kinerja dari empat aspek. Keempat aspek berikut inilah yang menjadi sudut pandang dari Balanced Score Card.
Six Sigma merupakan aktivitas proyek yang dilakukan organisasi dalam rangka continuous improvement, yang diharapkan dapat menghasilkan penghematan sekaligus meningkatkan kinerja.
Sementara itu, Balanced Score Card merupakan tool yang dapat membantu organisasi untuk berfokus kepada aspek-aspek penting dalam bisnis, sekaligus melakukan evaluasi terhadap perkembangan yang sudah dicapai. Dalam Balanced Score Card, karyawan harus mengubah tujuan organisasi menjadi metrik kinerja dari empat aspek. Keempat aspek berikut inilah yang menjadi sudut pandang dari Balanced Score Card.
Implementasi Six Sigma di Industri Jasa
Published :
17.40
Author :
guru_setra
(managementfile – quality) – Six Sigma merupakan metodologi yang awalnya
dipopulerkan oleh Motorola pada tahun 80-an untuk melakukan quality
improvement. Setelah itu, sejumlah perusahaan besar lain turut
mengimplementasikannya, termasuk General Electric, Ford Motor, dan 3M.
Sebagian besar perusahaan yang mengimplementasikan Six Sigma adalah perusahaan manufaktur, sehingga terjadi suatu miskonsepsi bahwa metode ini hanya bisa digunakan oleh industri manufaktur saja. Hanya karena dalam industri jasa tidak ada ukuran berupa produk yang cacat, bukan berarti Six Sigma tidak dapat diimplementasikan disana.
Perbedaaan Six Sigma pada Industri Manufaktur dan Jasa
Pada industri manufaktur, pada umumnya ukuran yang dilihat adalah dari jumlah produk yang cacat. Dalam produk jasa, tidak bisa saklek seperti itu, karena industri jasa seringkali tidak menghasilkan produk.
Dalam industri jasa, proses yang diukur adalah people process karena memang itu adalah yang menjadi komponen utama dari industri jasa. Intinya, defect dalam industri jasa adalah masalah yang menyebabkan penurunan dalam hal kualitas atau mengakibatkan pelanggan tidak puas.
Misalnya, dalam industri perbankan: lamanya durasi untuk membuka rekening, atau lamanya suatu pinjaman cair, lamanya pemrosesan statement, dan sebagainya.
Sebagian besar perusahaan yang mengimplementasikan Six Sigma adalah perusahaan manufaktur, sehingga terjadi suatu miskonsepsi bahwa metode ini hanya bisa digunakan oleh industri manufaktur saja. Hanya karena dalam industri jasa tidak ada ukuran berupa produk yang cacat, bukan berarti Six Sigma tidak dapat diimplementasikan disana.
Perbedaaan Six Sigma pada Industri Manufaktur dan Jasa
Pada industri manufaktur, pada umumnya ukuran yang dilihat adalah dari jumlah produk yang cacat. Dalam produk jasa, tidak bisa saklek seperti itu, karena industri jasa seringkali tidak menghasilkan produk.
Dalam industri jasa, proses yang diukur adalah people process karena memang itu adalah yang menjadi komponen utama dari industri jasa. Intinya, defect dalam industri jasa adalah masalah yang menyebabkan penurunan dalam hal kualitas atau mengakibatkan pelanggan tidak puas.
Misalnya, dalam industri perbankan: lamanya durasi untuk membuka rekening, atau lamanya suatu pinjaman cair, lamanya pemrosesan statement, dan sebagainya.
Selasa, 31 Juli 2012
Published :
23.21
Author :
guru_setra
Pengertian
Keputusan
Literatur manajemen
menyatakan bahwa suatu keputusan adalah penentuan suatu pilihan. Ada yang menyatakan keputusan
sebagai pilihan tentang suatu bagian tindakan atau di sebut course of action
(Simon: 1960). Sedangkan menurut Daihani (2001: 34): “Keputusan adalah
suatu pilihan dari strategi tindakan atau di sebut strategy for action”.
Melengkapi
pendapat para ahli di atas, Daihani (2001: 34) menambahkan kata alternatif
dalam definisinya. Selengkapnya kedua ahli tersebut merumuskan bahwa :
·
Keputusan adalah suatu pilihan yang mengarah
kepada tujuan yang diinginkan (to a
certain desired objective).
·
Keputusan adalah aktivitas pemilihan tindakan
dari sekumpulan alternatif untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut
Hasan (2002: 9): “Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang harus dapat
menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam perencanaan. Keputusan
dapat berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana
semula”.
Menurut
Agustina (2003: 6): “Keputusan adalah pilihan di antara alternatif-alternatif”.
Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu adalah pilihan atas dasar logika
atau pertimbangan, ada beberapa alternatif yang harus dipilih dari salah satu
yang terbaik, dan ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin
mendekatkan pada tujuan tersebut.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah yang
dilakukan melalui satu pemilihan dari beberapa alternatif
Tingkatan Tehnologi DSS
Published :
23.11
Author :
guru_setra
A. Specific Decision Support System (SDSS)
Specific
Decision Support System (SDSS) adalah sistem yang ditujukan untuk membantu
pemecahan serangkaian masalah dengan karakteristik yang spesifik. Melalui
pengkombinasian model, basis data serta tehnik representasi tertentu, sistem
ini menghasilkan berbagai alternatif yang akan memudahkan pengambil keputusan
dalam melaksanakan tugasnya. Sistem ini pada hakikatnya, dapat juga digunakan
untuk menjelaskan, memperkuat atau memberikan justifikasi terhadap suatu
keputusan yang akan diambil oleh manajemen. Contoh dari SDSS ini adalah sistem interaktif
grafik dalam evaluasi penjadwalan produksi.
B.
Decision
Support System Generator (DSSG)
Menurut Sprague and Watson (1993: 9) Decision
Support System Generator (Pembangkit Sistem Pendukung Keputusan) ini
merupakan suatu paket yang menghubungkan perangkat keras (hardware)
dengan perangkat lunak (software) yang menyediakan kemampuan untuk
membangun suatu SDSS secara cepat dan mudah.
Salah
satu contoh pengembangan pertama dari DSSG adalah Geodata Analysis and
Display (GADS). GADS ini berisi peta, kamus data dan alternatif prosedur
yang kemudian dipakai dalam pembuatan SDSS pada sistem kepolisian di San Jose . Berikutnya adalah Interactive
Financial Planning System (IFPS) dari Executive Systems. DSSG diantaranya
meliputi fasilitas penyiapan laporan, bahasa simulasi, tampilan grafik,
subrutin statistik, dan sebagainya.
C. Decision Support System Tools (DSST)
Menurut
Suryadi dan Ramdhani (1998: 43) sistem ini merupakan tehnologi yang paling
dasar dalam merancang dan membangun DSS .
DSST terdiri dari elemen hardware dan software yang dapat
memudahkan pengembangan SDSS dan DSSG. Tingkatan tehnologi ini yang paling
banyak dikembangkan akhir-akhir ini, termasuk didalamnya pengembangan bahasa
untuk keperluan tertentu, peningkatan sistem operasi untuk mendukung
perancangan subsistem dialog, perancangan grafik berwarna, dan perancangan
subsistem lainnya. Yang termasuk dengan kategori-kategori tehnologi ini antara
lain bahasa pemrograman (BASIC, FORTRAN, DBASE IV, C, PASCAL, dan sebagainya),
sistem operasi komputer khusus, perangkat lunak pengakses data, dan sebagainya.
Tujuan, Kelebihan dan Kekurangan dari DSS
Published :
23.08
Author :
guru_setra
Tujuan
Secara
global, dapat dikatakan bahwa tujuan dari DSS
adalah untuk meningkatkan kemampuan para pengambil keputusan dengan memberikan
alternatif-alternatif keputusan yang lebih banyak atau lebih baik dan membantu
untuk merumuskan masalah dan keadaan yang dihadapi. Dengan demikian DSS dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Jadi
dapatlah dikatakan secara singkat bahwa tujuan DSS
adalah untuk meningkatkan efektivitas (do the right things) dan
efesiensi (do the things right) dalam pengambilan keputusan. Walaupun
demikian, penekanan dari suatu DSS
adalah pada peningkatan efektivitas dari pengambilan keputusan dari pada
efisiensinya.
Kelebihan
DSS
Decision Support System
(DSS ) dapat memberikan
beberapa keuntungan- keuntungan bagi pemakainya. Menurut Turban (1995: 87)
maupun McLeod (1995: 103) keuntungan-keuntungan tersebut meliputi:
1.
Memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam
memproses data/informasi untuk pengambilan keputusan.
2.
Menghemat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah, terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3.
Menghasilkan solusi dengan lebih cepat dan hasilnya
dapat diandalkan.
4.
Mampu memberikan berbagai alternatif dalam pengambilan
keputusan, meskipun seandainya DSS
tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun
dapat digunakan sebagai stimulan dalam memahami persoalan.
5.
Memperkuat keyakinan pengambil keputusan terhadap
keputusan yang diambilnya.
6.
Memberikan keuntungan kompetitif bagi organisasi secara
keseluruhan dengan penghematan waktu, tenaga dan biaya.
Kekurangan
DSS
Walaupun
dirancang dengan sangat teliti dan mempertimbangkan seluruh faktor yang ada, menurut
Turban (1995: 250) DSS mempunyai
kelemahan atau keterbatasan, diantaranya yaitu:
1.
Ada
beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan,
sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan
sebenarnya.
2.
DSS terbatas untuk memberikan alternatif dari
pengetahuan yang diberikan kepadanya (pengatahuan dasar serta model dasar) pada
waktu perancangan program tersebut.
3.
Proses-proses yang dapat dilakukan oleh DSS biasanya
tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.
4.
Harus selalu diadakan perubahan secara kontinyu untuk
menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang terus berubah agar sistem tersebut up
to date.
5.
Bagaimanapun juga harus diingat bahwa DSS dirancang untuk membantu/mendukung pengambilan
keputusan dengan mengolah informasi dan data yang diperlukan, dan bukan untuk
mengambil alih pengambilan keputusan.
Karakteristik DSS
Published :
23.08
Author :
guru_setra
Karakteristik
DSS
Beberapa
karakteristik DSS yang membedakan
dengan sistem informasi lainnya adalah:
1.
Berfungsi untuk membantu proses pengambilan keputusan
untuk memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur maupun tidak
terstruktur.
2.
Bekerja dengan melakukan kombinasi model-model dan
tehnik-tehnik analisis dengan memasukkan data yang telah ada dan fungsi pencari
informasi.
3.
Dibuat dengan menggunakan bentuk yang memudahkan
pemakai (user friendly) dengan berbagai instruksi yang interaktif
sehingga tidak perlu seorang ahli komputer untuk menggunakannya.
4.
Sedapat mungkin dibuat dengan fleksibilitas dan
kemampuan adaptasi yang tinggi untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan
dalam lingkungan dan kebutuhan pemakai.
5.
Keunikannya terletak pada dimungkinkannya intuisi dan
penilaian pribadi pengambil keputusan untuk turut dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System).
Published :
23.06
Author :
guru_setra
Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)
sub : Definisi
DSS
Konsep Decision
Support System pertama kali dinyatakan oleh Michael S. Scott Morton pada
tahun 1970 dengan istilah “Management Decision System” (Sprague and
Watson: 1993: 4) (Turban: 1995) (McLeod: 1995). Setelah pernyataan tersebut,
beberapa perusahaan dan perguruan tinggi melakukan riset dan mengembangkan
konsep Decision Support System. Pada dasarnya DSS
dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari
mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang
digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan
alternatif.
1.
Menurut Scott, DSS
merupakan suatu sistem interaktif berbasis komputer, yang membantu pengambil
keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan
masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur, yang
intinya mempertinggi efektifitas pengambil keputusan.
2.
Menurut Alavi and Napier, DSS
merupakan suatu kumpulan prosedur pemrosesan data dan informasi yang
berorientasi pada penggunaan model untuk menghasilkan berbagai jawaban yang
dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Sistem ini harus
sederhana, mudah dan adaptif.
3.
Menurut Little, DSS
adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai
alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai
permasalahan yang semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan
data dan model.
4.
Menurut Sparague and Carlson, DSS adalah sistem
komputer yang bersifat mendukung dan bukan mengambil alih suatu pengambilan
keputusan untuk masalah-masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur dengan
menggunakan data dan model.
5.
Sedangkan menurut Al-Hamdany (2003: 519), DSS adalah sistem informasi interaktif yang
mendukung proses pembuatan keputusan melalui presentasi informasi yang
dirancang secara spesifik untuk pendekatan penyelesaian masalah dan
kebutuhan-kebutuhan aplikasi para pembuat keputusan, serta tidak membuat
keputusan untuk pengguna.
Dari
berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa DSS adalah suatu sistem
informasi yang spesifik yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang bersifat semi terstruktur secara
efektif dan efisien, serta tidak menggantikan fungsi pengambil keputusan dalam
membuat keputusan.
Karena DSS merupakan suatu pendukung pengambilan keputusan
dengan menggunakan berbagai informasi yang ada, maka Raymond McLeod Jr. (1993)
memasukkan DSS sebagai bagian dari
Management Information System dan mendefinisikan DSS
sebagai sistem penghasil informasi spesifik yang ditujukan untuk memecahkan
suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer pada berbagai
tingkatan. Menurut Laudon dan Laudon (1996: 46) meskipun DSS merupakan bagian dari MIS, namun terdapat
perbedaan di antara keduanya. Perbedaan utamanya yaitu:
·
MIS menghasilkan informasi yang lebih bersifat
rutin dan terprogram.
·
DSS lebih dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan yang spesisfik.
Macam-macam Keputusan
Published :
23.05
Author :
guru_setra
Macam-macam
Keputusan
Menurut
Kendall dan Kendall (2002: 37) terdapat tiga
macam keputusan, yang biasanya dibayangkan oleh banyak orang bahwa keputusan
sebagai keputusan-keputusan yang sudah ada dalam suatu deretan langkah dari
terstruktur ke tidak terstruktur.
1.
Keputusan terstruktur adalah suatu keputusan di mana
semua atau sebagian besar dari variabel-variabel yang ada diketahui dan bisa
diprogram secara total. Keputusan yang terstruktur bersifat rutin dan
memerlukan sedikit pendapat manusia begitu variabel-variabel tersebut
diprogram.
2.
Keputusan tidak terstruktur adalah keputusan yang tetap
resistan terhadap komputerisasi dan tergantung sepenuhnya pada intuisi.
3.
Keputusan semi terstruktur adalah keputusan yang bisa
diprogramkan sebagian namun masih memerlukan pendapat manusia.
REGRESI DALAM ANAKOVA
Published :
22.57
Author :
guru_setra
Dari ANAKOVA yang telah kita
lakukan, maka kita bisa melihat ada tiga macam regresi, yaitu:
1. regresi untuk keseluruhan Y atas keseluruhan X
2. regresi dalam perlakuan
3. regresi semua rata-rata untuk Y atas semua rata-rata untuk X (dalam
contoh kita adalah reresi tiga rata- rata YA, YB,dan YC atas tiga rata-rata XA,
XB, dan XC)
Dalam ANAKOVA, kita
berusaha untuk mengadakan koreksi atas penyesuaian nilai-nilai Y dalam
perlakuan. Untuk koreksi ini, maka koefisien arah untuk regresi dalam perlakuan
ditaksir oleh b dalam rumus di bawah
ini.
Dengan koefisien regresi
ini, maka rata-rata Y dikoreksi kerena pengaruh X terhadap Y menjadi:
Yio (dikoreksi) = Yio –
b(Xio – Xoo)
Dengan Yio
= rata-rata variabel Y dalam perlakuan ke i
Xio = rata-rata variabel
X dalam perlakuan ke i
Xoo = rata-rata untuk
semua variabel X
UJI ANAKOVA.
Published :
22.54
Author :
guru_setra
Perhatikan suatu studi tentang variable Y yang menjadi
variabel respon akibat efek faktor atau faktor – faktor lain. Dalam bab-bab
yang lalu, varriabel Y ini dianggap hanya terjadi semata-mata sebagai efek
faktor atau faktor-faktor (termasuk interaksinya) yang kita perhatikan ditambah
efek-efek umum dan kekeliruan yang kesemuanya diperhitungkan melalui suatu
model matematika tertentu. Akan tetapi, ada kenyataanya nilai-nilai variabel Y
bisa berubah-ubah oleh karena ada variabel lain, katakanlah X, di samping Y
merupakan akibat efek faktor-faktor yang dipelajari. Jadi, kecuali faktor atau
faktor-faktor memberikan efek terhadap Y, masih ada variabel (atau barangkali
variabel-variabel) yang beubah-ubah seiring dengan terjadinya perubahan
variabel Y. Variabel atau variabel – variabel X ini sering tidak mungkin dapat
dikontrol selama kita melakukan eksperimen, akan tetapi masih dapat diukur
bersama-sama dengan variabel Y. Variabel X yang bersifat demikian dinamakan
variabel iringan tau variabel komitan.
Dengan
adanya hal seperti ini, maka untuk melakukan analisa mengenai variabel respon Y
sebagi efek faktor atau efek faktor-faktor, maka perlulah terlebih dahulu
”memurnikan” variabel Y dari variabel konkomitan. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan ”menyingkirkan” pengaruh X terhadap Y baru lalu kemudian melakukan
analisisi terhadap Y yang sudah dimurnbikan untuk melihat efek faktor-faktor
yang dipelajari. Analisis ini dinakamakan analisis kovarians, disingkat
ANAKOVA.
Contoh
Untuk mempelajari efek seberapa metoda mengajar berhitung
kepada anak-anak SD kelas VI misalnya, sebelum metode tersebut digunkan,
terlebih dahulu anak-anak diberi tes awal. Setelah metoda mengajar selesai
diberikan, pada akhir pelajaran diberikan tes akhir yang isinya sama dengan tes
awal. Atas kedua hasil tes ini, kita bisa menentukan variabel respon Y sebagai
selisih nilai tes akhir dan nilai tes awal untuk tiap anak. Jika nilai tes awal
kita sebut X, maka dalam hal ini ada kemungkinan bahwa respon Y dipengaruhi
oleh variabel X mengajar yang digunakan. Dalam hal ini, sebelum diteliti
mengenai Y sebagai efek metoda mengajar dengan menggunakna Anava, maka perlu
dilakukan dahulu analisis regresi Y atas X. Dengan kata lain, untuk ini perlu
dilakukan anilis kovarians.
Dari
uraian dan contoh di atas mudah ditangkap bahwa pada dasarnya analisis
kovarians merupakan perkawinan antara analisi regresi dan analisis varians.
Dalam hal ini analisi untuk hal-hal sederhana.
aplikasi teknologi telekomunikasi dan teknologi komputer untuk mendukung proses pengambilan keputusan
Published :
22.49
Author :
guru_setra
Aplikasi teknologi komunikasi dan teknologi komputer untuk mendukung proses
pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
·
Transaction Processing Systems (TPS)
adalah sistem informasi yang
terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah besar
untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi. TPS
merupakan sistem tanpa batas yang memungkinkan organisasi bisa berinteraksi
dengan lingkungan external dan pimpinan bisa melihat data yang dihasilkan oleh
TPS secara langsung.
·
Management
Information System ( MIS )
Digunakan
untuk mengkonversi data yang berasal dari TPS menjadi informasi yang berguna
untuk mengelola organisasi dan memantau kinerja. Dipakai oleh semua level
manajemen.
·
Decision Support System (DSS)
Memiliki fungsi untuk mendukung pembuatan
keputusan diseluruh tahap-tahapnya, meskipun keputusan actual masih merupakan
wewenang ekslusif pembuat keputusan.Hampir sama dengan SIM tradisional karena
keduanya sama-sama tergantung pada basisdata sebagai sumber data Expert System
dan Artificial Inteligent.
·
Executive Information System (EIS)
adalah sistem informasi yng menyediakan fasilittas
yang fleksibel bagi manajer dan eksekutif dalam mengakses informasi eksternal
dan internal yang berguna untuk mengidentifikasi masalah atau mengenali
peluang. Pemakai yang awam dengan computer pun tidak sulit mengoperasikannya
karena system dilengkapi dengan antarmuka yang sangat memudahkan peakai untuk
menggunakannya (user-friendly). Digunakan oleh manjemen tingkat menengah dan
atas.
·
Excecutive Support Systems (ES)
berfungsi untuk menyediakan pengetahuan
pakar pada bidang tertentu untuk membanatu pemecahan masalah. Digunakan oleh
orang yang hendak memecahkan masalah yang memerlukan kepakaran.
·
Office Automation System (OAS)
OAS digunakan untuk mendukung pekerja
data. Biasanya tidak menciptakan hal baru melainkan hanya menganalisis
informasi sedemikian rupa untuk mentransformasikan data atau memanipulasikannya
dengan cara-cara tertentu sebelum membagikannya atau menyebarkannya secara
keseluruhan, dengan organisasi dan kadang-kadang diluar itu. Contoh : Word
Processing, Spreadsheets, electronic Schedule, Email, Video Conference
Decision
support system adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi,
pemodelan, dan pemanipulasi data yang digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan pada situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur
dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.
·
DSS lebih ditujukan untuk mendukung manajemen
dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis, dalam situasi yang kurang
terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas.
·
DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomasikan
pengambilan keputusan,tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan
pengambilan eputusan dapat melakukan berbagai analisis dengan menggunakan
model-model yang tersedia.
Pengertian kepemimpinan (leadership) dan lankah serta contoh di pemimpin di dunia pendidikan
Published :
22.47
Author :
guru_setra
Pengertian kepemimpinan (leadership)
Ada beberapa pengertian kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
·
Kepemimpinan
adalah kemampuan membujuk orang lain agar mau melakukan apa yang diinginkan
oleh pemimpin dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
·
Kepemipinan
adalah daya untuk mendorong dan mengarahkan
orang-orang untuk bergerak mencari tujuan komunitas.
·
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong, menggerakkan,
mengarahkan, dan memberdayakan seluruh
sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
·
Kepemimpinan adalah suatu
perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat
individu dan organisasi.
Pemimpin atau manager kelas dunia dan langkah-langkah apa yang
dilakukan
Pemimpin atau manager
kelas dunia adalah seorang pemimpin atau manager yang mampu membuat perubahan terjadi, bukan
seorang pemimpin atau manager yang hanya dipengaruhi perubahan.
Langkah–langkah yang dilakukan adalah:
1. Merencanakan perubahan
2. Menggabungkan system yang akan
memfasilitasi perubahan
3. Memberdayakan karyawan untuk
membuat perubahan
4. Memberikan penghargaan atas program
perubahan yang sukses.
Penerapan
kepemimpinan di Universitas Padjajaran:
Organisasi kemahasiswaan di UNPAD,
yang lebih dikenal dengan nama KEMA (Keluarga Mahasiswa), dipimpin oleh satu
presiden yang bertanggung jawab atas seluruh organisasi, namun Presiden juga
dibantu oleh Wakil Presiden yang hanya bertanggung jawab atas pusat kegiatan
organisasi dalam hal ini adalah UKM. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kesatuan komando (unity of command) yang dipegang oleh satu pimpinan, yaitu
Presiden. Dengan demikian meminimalisir konflik antar elemen yang
kemungkinan bisa terjadi.
Kedudukan
Presiden adalah tetap sebagai pemegang komando tertinggi dan pengambil
keputusan walaupun ada Wakil Presiden untuk membantu sebagian tanggung
jawabnya, namun otoritas Presiden tidak juga ikut dibagi dengan Wakil Presiden.
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Tujuan Secara global, dapat dikatakan bahwa tujuan dari DSS adalah untuk meningkatkan kemampuan para pengambil keputusan dengan m...
-
KONSEP KUALITAS Masa dahulu, produk2 yang cacat (yang bisa menyebabkan kecelakaan, kerusakan dan pencemaran) tidak menjadi masalah utama,...
-
(managementfile – quality) – Six Sigma merupakan metodologi yang awalnya dipopulerkan oleh Motorola pada tahun 80-an untuk melakukan qualit...
-
Evolusi Manajemen Kualitas Kualitas menjadi faktor utama bagi konsumen sebelum memutuskan membeli suatu produk (barang atau jasa). Pro...
-
Tahapan Metodologi Lead User Research Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam Lead User Research , yaitu : a. Stage 1: Project P...
-
INOVASI TECHNOLOGY PUSH VS NEED PULL Pada tahap eksplorasi ada 3 pola proses pengenalan dan pengembangan produk/jasa baru yaitu : 1...
-
Elemen mesin dapat diartikan sebagai bagian dari komponen tunggal yang digunakan dalam konstruksi mesin , dan setiap bagian memiliki fung...
-
Turban (1995: 108) maupun Sparague and Watson (1993: 10) menyatakan bahwa dalam merancang serta menggunakan DSS dikenal tiga tingkata...
-
Mate 4-inch- diameter sheave with 6-inch-diameter sheave. Their centerlines can range from 18 to 20 inches apart. Select length of belt a...
-
(Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejalan dengan Six Sigma? Caterpillar menunjukkan bahwa mereka bisa mengimplementasikan keduan...