Senin, 22 Oktober 2012

(Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejalan dengan Six Sigma? Caterpillar menunjukkan bahwa mereka bisa mengimplementasikan keduanya dengan baik. Berikut ini adalah contoh kisah sukses Caterpillar seperti disarikan dari laporan IBM Global Business Services.

Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat. Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth, maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma, yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan berbicara dalam berbagai bahasa.

Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan, pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020. Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga, perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.

Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja. Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.

Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah. Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.

Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas lead time sebesar 50 persen.

Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6 Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.

Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)


sumber : 
(Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejalan dengan Six Sigma? Caterpillar menunjukkan bahwa mereka bisa mengimplementasikan keduanya dengan baik. Berikut ini adalah contoh kisah sukses Caterpillar seperti disarikan dari laporan IBM Global Business Services.

Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat. Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth, maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma, yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan berbicara dalam berbagai bahasa.

Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan, pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020. Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga, perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.

Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja. Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.

Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah. Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.

Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas lead time sebesar 50 persen.

Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6 Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.

Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)


sumber : 

Inovasi Six Sigma di Caterpillar

(Vibiznews – Strategic) – Inovasi tidak bisa sejalan dengan Six Sigma? Caterpillar menunjukkan bahwa mereka bisa mengimplementasikan keduanya dengan baik. Berikut ini adalah contoh kisah sukses Caterpillar seperti disarikan dari laporan IBM Global Business Services.

Sekitar 8 tahun lalu, Caterpillar dilanda masalah yakni empat tahun dengan pendapatan yang flat serta persaingan yang semakin ketat. Sehingga untuk memenangkan persaingan kembali dan mendongkrak growth, maka Caterpillar memutuskan untuk mengadopsi pendekatan Lean Six Sigma, yang juga mereka sebut dengan ‘6 Sigma’ pada Januari 2001. Tujuan mereka adalah menciptakan customer-driven innovation secara kontinu. Tantangan yang mereka hadapi sangat besar, dengan 27 unit bisnis terpisah dan karyawan lebih dari 72,000 orang yang berada di enam benua berbeda dan berbicara dalam berbagai bahasa.

Transformasi terbesar yang dilakukan Caterpillar adalah dari aplikasi pendekatan Six Sigma menjadi pengembangan strategi. Pemimpin berperan disini, karena menggunakan hasil pengumpulan dan analisa data pelanggan, pasar dan kapabilitas perusahaan sendiri, para CEO dan komite strategic planning merancang sebuah visi mendetail untuk Caterpillar tahun 2020. Visi ini dibagi menjadi 3 rencana lima tahunan. Visi ini menetapkan ukuran mengenai seluruh faktor penting yang menjadi kunci sukses organisasi, mulai dari posisi pasar, kualitas, kinerja order-to-delivery, safety, dan faktor penting lainnya. Sehingga, perusahaan secara keseluruhan memiliki tujuan spesifik yang sama.

Pelaksanaan awal 6 Sigma terdiri dari 1,100 proyek, mulai dari perbaikan kecil, inovasi produk baru hingga pendekatan radikal dalam bekerja. Salah satu perubahan pertama pada proses adalah merancang supaya R&D meliputi interaksi langsung dengan pelanggan. Sehingga, mulai dari teknisi, karyawan, dan klien bekerjasama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi, serta menjalin hubungan dengan baik.

Misalnya melalui hubungannya dengan pelanggan asal Kanada yang merupakan perusahaan penambang minyak dari pasir, mereka mempelajari bagaimana cara mengekstrak minyak dari pasir. Sehingga insight ini membantu perusahaan dalam membentuk truk tambang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Caterpillar kemudian merancang truk tambang yang tersedia untuk lima konfigurasi unik, yang disesuaikan dengan profil tanah. Sehingga, pelanggan seperti dari pertambangan minyak pasir, juga bisa memilih konfigurasi sesuai dengan mereka.

Mereka juga berhasil mengembangkan mesin diesel yang membuatnya unggul dalam persaingan. ACERT®Technology yang mereka miliki dapat mereduksi emisi dan lebih efisien. Caterpillar juga mendesain ulang jadwal proses produksi pada fasilitas manufaktur Caterpillar, sehingga dapat memangkas lead time sebesar 50 persen.

Secara kseluruhan, Caterpillar menuai hasil yang luar biasa dari inisiatif Lean Six Sigma yang mereka jalankan. Pada tahun pertama peluncuran 6 Sigma secara global, Caterpillar berhasil memperoleh benefit yang lebih besar dibandingkan biaya implementasinya. Sejak itu, 6 Sigma menjadi salah satu komponen penting dalam kesuksesan Caterpillar.

Salah satu hal yang berperan penting adalah peran pemimpin dalam merancang dan mengelola perubahan ini. Mereka berkomitmen untuk menerapkan 6 Sigma pada Caterpillar, dan menciptakan visi mendetail hingga 2010. Komunikasi yang jelas dari pemimpin ke organisasi tentunya juga menjadi kunci sukses mereka. (RP)


sumber : http://www.managementfile.com

Peran Krusial Six Sigma dalam Pemerintahan

(managementfile – Quality) – Six Sigma selama ini selalu diasosiasikan dengan perusahaan manufaktur. Padahal, Six Sigma juga dapat diimplementasikan pada area lainnya, seperti perusahaan jasa, bahkan pemerintahan. Bagaimana pemerintah dapat memanfaatkan Six Sigma untuk meningkatkan kinerja?

Peran Six Sigma dalam pemerintahan terdapat pada level makro maupun mikro. Pada level makro, pemerintah berfungsi sebagai stimulator maupun katalis untuk menciptakan perekonomian dalam suatu negara, seperti investasi, fiskal, perdagangan hingga kebijakan. Sementara itu, pada level makro, Six Sigma membantu dalam meningkatkan pengelolaan pemerintahan, supaya lebih efektif, efisien dan ekonomis.

Dalam mengelola negara, pemerintah mengalami dilema. Di satu sisi, mereka harus memberikan berbagai layanan lengkap kepada publik. Sementara itu, di sisi lain, pemerintah juga dituntut untuk efisien, tidak menghamburkan uang negara yang berasal dari pajak masyarakat. Six Sigma bisa menjadi tools yang sangat bermanfaat karena selain punya fokus kepada kepuasan pelanggan, juga dapat memangkas biaya secara signifikan.

Red Tape Reduction
Pemerintah merupakan institusi yang membuat regulasi dan kebijakan. Pemerintah idealnya membuat regulasi yang seefisien mungkin, dengan demikian sektor swasta tidak terbebani dengan regulasi yang terlalu banyak, sehingga biaya yang mereka keluarkan juga lebih sedikit. Usaha pemerintah dalam mengurangi dan memperbaiki regulasi seringkali disebut sebagai `red tape reduction`

Dengan melakukan red tape reduction, tentunya pemerintah dapat menjalankan proses yang lebih efisien. Sementara itu, dengan regulasi yang lebih baik pemerintah juga menurunkan biaya yang ditanggung oleh sektor swasta. Misalnya, pemerintah daerah yang memperbaiki regulasi terkait dengan perizinan investasi, sehingga memperbaiki iklim investasi. Iklim investasi yang membaik tentunya mendorong investor untuk datang, sehingga pertumbuhan ekonomi bakal meningkat.

Apa saja yang diperlukan untuk menerapkan Six Sigma dalam pemerintahan?

Komitmen Pemimpin. Pemimpin harus punya komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan Six Sigma dalam pemerintahannya jika ingin sukses. Perubahan yang radikal akibat Six Sigma tentunya akan dapat banyak penolakan, oleh karena itu pemimpin harus menjadi pihak penggerak utama.

Selaras dengan Strategi dan Visi. Six Sigma harus selaras dengan strategi dan visi pemerintah, sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan.

Fokus pada Pelanggan. Six Sigma selalu fokus pada kebutuhan pelanggan, dan selalu dimulai dari sana. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengidentifikasi proses, output, serta pelanggan-pelanggan yang dilayani. Kemudian baru identifikasi apa saja customer requirement.

Infrastruktur formal Six Sigma dalam organisasi Anda juga penting, diantaranya yakni sponsor/champions, process owner, Master Black Belt, Black Belt, Green Belt serta anggota tim.

Training, yang merupakan salah satu faktor vital juga dalam implementasi Six Sigma. Selain untuk mengkomunikasikan pentingnya Six Sigma, seluruh karyawan juga perlu untuk punya pemahaman mendalam mengenai metode Six Sigma, serta berbagai tools dan metrik yang digunakan di dalamnya.

• Six Sigma harus menjadi bagian dari culture dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Mindset dan culture Six Sigma harus ditanamkan pada diri setiap orang, jika tidak maka implementasi terancam gagal. Oleh karena itu, perlu disiapkan strategi untuk menghadapi penolakan terhadap Six Sigma

Kinerja dan remunerasi juga harus terhubung langsung dengan Six Sigma. Lebih dari 60% perusahaan yang kinerjanya cemerlang dalam Six Sigma mengaitkan reward dengan strategi bisnis dan proyek Six Sigma.

Six Sigma dapat membantu pemerintah dalam menjalankan berbagai pelayanannya terhadap publik, penegakan hukum, serta membantu berbagai departemen dalam bidang keuangan, SDM, memperbaiki proses dan melakukan penghematan. Selain itu, Six Sigma juga bakal menciptakan culture efisien dan tanggung jawab kepada karyawan pemerintahan.

Di AS, Fort Wayne, Indiana merupakan salah satu kota yang pertama kali mengimplementasikan Six Sigma. Mereka memanfaatkan metode Six Sigma untuk melakukan perbaikan pada berbagai bidang, seperti mengontrol polusi limbah, SDM, transportasi, sampah, community development, dan lainnya. Six Sigma berhasil menekan biaya, meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, serta meningkatkan produktivitas pemerintah kota. Hasilnya, proyek Six Sigma berhasil menghasilkan penghematan sebesar $3 juta bagi kota tersebut.

sumber : http://www.managementfile.com

Mengenal Thoughts Process Map, Tool Six Sigma

(managementfile – Quality) – Untuk menjalankan suatu proyek Six Sigma dengan sukses, maka Anda harus mempunyai fondasi yang kuat. Salah satu perangkat yang digunakan untuk memantapkan fondasi ini adalah Thought Process Map yang biasa disingkat TMAP atau TPM.

TMAP adalah suatu bentuk visual dari sejumlah ide, pemikiran, dan pertanyaan yang terkait dengan penyelesaian suatu tujuan proyek yang asalnya dari individu maupun tim. TMAP seharusnya menjadi salah satu tool yang digunakan dalam awal proses Six Sigma. TMAP berisikan informasi yang terstruktur, yang dapat bermanfaat sebagai referensi bagi tim dalam menjalankan proses DMAIC proyek.

Elemen dari TMAP, sekurang-kurangnya meliputi:
1. Tujuan proyek atau statement permasalahan
2. Area/bagian tertentu dari proses yang perlu dianalisa
3. Isu atau pertanyaan yang perlu ditangani
4. Data dan informasi yang diketahui mengenai isu/pertanyaan tersebut
5. Data dan informasi yang tidak diketahui mengenai isu/pertanyaan tersebut
6. Asumsi awal mengenai tiap isu/pertanyaan
7. Data dan informasi apa saja yang dibutuhkan
8. Hambatan utama dalam mencapai tujuan proyek
9. Keterkaitan isu/pertanyaan satu sama lainnya
10. Perangkat Six Sigma yang akan digunakan

TMAP tidak hanya punya perspektif ke belakang, melainkan juga ke depan. Dokumen TMAP terdiri dari berbagai ide dan keputusan yang telah dijalankan dalam aktivitas Six Sigma, serta keterkaitannya satu sama lain. Selain itu, TMAP juga menggambarkan aktivitas yang akan dilakukan oleh tim di masa depan dalam jangka pendek.

Manfaat-manfaat dalam menggunakan TMAP diantaranya adalah:
• perangkat yang efektif untuk memastikan bahwa seluruh isu dan masalah mengenai proyek sudah diidentifikasi dan ditangani sejak awal proyek
• cara yang efektif dalam melakukan brainstorming, mengumpulkan informasi, melihat sudut pandang, serta meringkas data. TMAP mengidentifikasi asumsi yang dibuat tim, serta tindakan yang akan diambil.
• menyediakan gambaran visual mengenai perkembangan ide dan isu terkait dengan proyek, sehingga lebih mudah dipahami

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan suatu TMAP, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Definisikan Tujuan Proyek
Tujuan proyek adalah hal pertama yang perlu didefinisikan. Apa yang ingin dicapai dari proyek ini? Masalah apa yang perlu diselesaikan? Atau peluang apa yang muncul?

Definisikan ruang lingkup proyek, kalimat permasalahan, tujuan, manfaat, anggota tim, process owner serta Champion dari proyek. Kalimat permasalahan dan tujuan biasanya ditaruh di paling atas dari sebuah TMAP, kemudian empat langkah selanjutnya digambar di bawahnya.

2. Daftar Known dan Unknown
Buat dua kolom, untuk mendaftar informasi known dan unknown, yang sudah diketahui dan tidak diketahui. Informasi ini meliputi antara lain waktu, metrik, biaya, isu, hambatan, masalah, persyaratan pelanggan, output, input, langkah proses, kuantitas, lokasi, dan sebagainya.

Penting bagi Anda untuk mendata informasi yang telah diketahui, namun mendata informasi yang belum diketahui dan harus dicaritahu juga penting.

3. Tanyakan Pertanyaan DMAIC dan Kelompok
Selanjutnya, ajukan pertanyaan dari perspektif kategori DMAIC: Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Ini adalah lima area yang akan menjadi kategori dari seluruh pertanyaan-pertanyaan. Ini merupakan salah satu latihan brainstorming. Misalnya:

Define: Siapa pelanggan kita? Bahan baku apa yang digunakan?
Measure: Metrik apa yang digunakan?

Kemudian, ajukan juga pertanyaan berdasarkan perspektif kelompok yang berada dalam proses ataupun terkait dengan proses. Misalnya:

Transportasi: bagaimana transportasi dilakukan? seberapa jauh perjalanan?
Processing: seberapa lama waktu antri?

4. Urut dan Kaitkan Pertanyaan
Selanjutnya, urutkan pertanyaan, kemudian kaitkan satu pertanyaan dengan pertanyaan. Sehingga, dengan demikian maka Anda akan melihat bahwa satu hal punya keterkaitan yang tinggi dengan hal lain. Dalam langkah ini mungkin Anda juga akan menemukan banyak pertanyaan yang bisa ditambahkan.

5. Identifikasi Tools
Kemudian, tim harus mengidentifikasi tools Six Sigma yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Buat empat kolom yang isinya pertanyaan, tools/metode, siapa yang bertanggung jawab, serta jadwal.

6. Hasil
Setelah menjalankan tools Six Sigma, selanjutnya buat daftar hasilnya. Kemudian, ulangi langkah 3 hingga 6 sepanjang proyek tersebut berjalan.

Demikian adalah sekilas pengenalan mengenai Thoughts Process Map, yang sangat bermanfaat terutama dalam menjalankan proyek Six Sigma. Dengan adanya TMAP, maka proyek Six Sigma bisa dilakukan secara lebih terarah dan terencana.


sumber: http://www.managementfile.com

Menggabungkan Six Sigma dan Balance Scorecard

(managementfile – Quality) – Untuk melakukan continuous improvement dalam organisasi, salah satu metode yang digunakan adalah Six Sigma. Jika Six Sigma digabungkan dengan Balanced Scorecard, maka keduanya menjadi tool yang makin powerful, karena menyelaraskan antara proyek Six Sigma dengan tujuan dan strategi organisasi.

Six Sigma merupakan aktivitas proyek yang dilakukan organisasi dalam rangka continuous improvement, yang diharapkan dapat menghasilkan penghematan sekaligus meningkatkan kinerja.

Sementara itu, Balanced Score Card merupakan tool yang dapat membantu organisasi untuk berfokus kepada aspek-aspek penting dalam bisnis, sekaligus melakukan evaluasi terhadap perkembangan yang sudah dicapai. Dalam Balanced Score Card, karyawan harus mengubah tujuan organisasi menjadi metrik kinerja dari empat aspek. Keempat aspek berikut inilah yang menjadi sudut pandang dari Balanced Score Card.

Implementasi Six Sigma di Industri Jasa

(managementfile – quality) – Six Sigma merupakan metodologi yang awalnya dipopulerkan oleh Motorola pada tahun 80-an untuk melakukan quality improvement. Setelah itu, sejumlah perusahaan besar lain turut mengimplementasikannya, termasuk General Electric, Ford Motor, dan 3M.

Sebagian besar perusahaan yang mengimplementasikan Six Sigma adalah perusahaan manufaktur, sehingga terjadi suatu miskonsepsi bahwa metode ini hanya bisa digunakan oleh industri manufaktur saja. Hanya karena dalam industri jasa tidak ada ukuran berupa produk yang cacat, bukan berarti Six Sigma tidak dapat diimplementasikan disana.

Perbedaaan Six Sigma pada Industri Manufaktur dan Jasa
Pada industri manufaktur, pada umumnya ukuran yang dilihat adalah dari jumlah produk yang cacat. Dalam produk jasa, tidak bisa saklek seperti itu, karena industri jasa seringkali tidak menghasilkan produk.

Dalam industri jasa, proses yang diukur adalah people process karena memang itu adalah yang menjadi komponen utama dari industri jasa. Intinya, defect dalam industri jasa adalah masalah yang menyebabkan penurunan dalam hal kualitas atau mengakibatkan pelanggan tidak puas.

Misalnya, dalam industri perbankan: lamanya durasi untuk membuka rekening, atau lamanya suatu pinjaman cair, lamanya pemrosesan statement, dan sebagainya.